Gubernur Sumbar Cari Milenial Mau Jadi Petani, Ada Insentifnya

 

Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah (KLIKPOSITIF/Joni Abdul Kasir)

POKER AKUGubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah mencari milenial untuk diajak beralih karir menjadi petani. Kebijakan ini merupakan terobosan barunya, setelah diresmikan pada 26 Februari 2021 di Istana Negara. Menurut Mahyeldi, pangan merupakan salah satu sektor yang kebal saat dilanda pandemi COVID-19.

“Pertama, kami akan anggarkan alokasikan 10 persen anggaran dari APBD (untuk beri insentif bagi millennial) dan konsepnya akan mengarah ke pertanian modern, yang menggunakan brigade alat dan mesin pertanian. Sehingga, jadi petani tidak harus berkotor-kotor dengan lumpur,” kata Mahyeldi dikutip dari IDN Times, Jumat 4 Juni 2021.

Mahyeldi berharap dengan menggunakan peralatan yang lebih modern dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Strategi kedua, kata kepala daerah dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), pemerintah provinsi akan memastikan harga jual produk pertanian menguntungkan.

Dalam diskusi itu, dia mengaku tidak menentang impor produk pangan. “Kalau dalam rangka untuk menutupi ketahanan pangan, itu gak apa-apa. Tetapi, kalau tujuannya untuk menjamin ketersediaan pangan dan dijadikan budaya kita, gak baik,” katanya.

Lalu, kapan kebijakan untuk mendukung milenial menjadi petani ini akan direalisasikan?

Pemprov akan meminta BUMD untuk membeli produksi pangan bagi petani milenial

Salah satu langkah lain untuk memastikan produk pangan yang dihasilkan terbeli, Pemprov akan membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khusus agro. “Kalau Bulog kan selama ini pilih-pilih, lebih karena ada tekanan bisnisnya,” kata pria yang pernah dua kali menjabat Wali Kota Padang itu.

Mahyeldi mengatakan, keberadaan BUMD bisa menjaga stabilitas harga produk pangan agar tidak turun saat produksi melimpah. Selama ini, ketika harga pangan turun, mereka diam saja. Akibatnya, petani merugi.

“Ya, kalau malah diserahkan semua (bebannya) ke petani ya mana millennial mau dan tertarik (bekerja jadi petani),” ujarnya.

Untuk itulah Mahyeldi menggandeng pengusaha untuk terlibat dalam program ini. Tujuannya agar produk pangan tidak jatuh ke tangan tengkulak.

"Petani, tugasnya nanti bertani, cocok tanam lalu hasilnya ia jual. Gak mungkin dia jual sendiri, tetap butuh dibantu oleh para pengusaha," katanya.


Pemprov Sumbar juga akan memberikan insentif kepada pengusaha yang membantu petani milenial

Selain memberikan insentif kepada petani, Pemprov Sumbar juga berencana menyerahkan hal yang sama kepada pengusaha yang mau membeli produk petani milenial.

“Pemerintah akan membuatkan kebijakan yang ramah bagi mereka. Misalnya bagaimana barang yang sudah dibeli pengusaha bisa dibawa ke luar (Sumbar),” kata Mahyeldi menjelaskan rencana kebijakannya ke depan.

Untuk membantu mewujudkan hal tersebut, Pemprov Sumbar berencana menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Pemprov DKI Jakarta. Tujuannya agar bisa memasok kebutuhan 154 pasar di ibu kota.

"Berapa triliun itu kebutuhannya dalam satu hari. Nah, nanti akan kita cek yang mana yang dapat kami bantu supply. Biasanya beras," ujarnya.

Mahyeldi mengatakan, jumlah pendatang asal Minang di Jakarta cukup tinggi. Sementara itu, mereka biasanya memilih untuk mengkonsumsi beras dari Sumatera Barat. "Itu nanti yang akan kita supply. Yang kami hadirkan termasuk nanti beras organik, bersih dan sehat," ujarnya.

Selain menggandeng Gubernur DKI Jakarta, Mahyeldi juga berencana membangun kesepakatan dengan kepala daerah di Pulau Sumatera sendiri. Sebab, tidak semua produk pangan bisa dipenuhi oleh warga sendiri.

"Jadi, ayo bawa barang kita ke sana dan sifatnya barter. Jangan uang yang kita kasih," kata Mahyeldi.


Insentif bagi petani milenial dijanjikan akan terasa pada akhir tahun 2021

Mahyeldi menjanjikan insentif bagi petani milenial akan terasa pada akhir tahun 2021. Selain dipancing untuk menjadi petani modern, Mahyeldi juga berambisi mencetak 100.000 pengusaha perempuan. Ia mengaku tidak masalah jika dicap ambisius karena ingin melahirkan banyak pengusaha.

"Karena rasio pengusaha di Indonesia masih kecil, masih di bawah 3 persen. Bandingkan dengan Malaysia yang sudah mendekati dua digit, Singapura apalagi," ujarnya.

Karena itu, kata Mahyeldi, para kepala daerah saat ini juga harus banyak melahirkan wirausahawan.

Comments